Sabtu, 30 Maret 2013

Reduplikasi



PENGANTAR

Morfologi yaitu cabang linguistik yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Karena kata dalam bahasa indonesia dapat dibentuk dari kata lain, ada berbagai pengertian dan istilah yang diperlukan untuk menerangkan proses pembentukan itu, salah satunya yaitu reduplikasi atau pengulangan kata.
Reduplikasi atau pengulangan bentuk satuan kebahasaan merupakan gejala yang terdapat dalam banyak bahasa di dunia ini. Dalam bahasa Indonesia reduplikasi merupakan mekanisme yang penting dalam pembentukan kata, disamping afiksasi, komposisi dan akronimisasi.
Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar yang berupa akar, berupa bentuk berafiks dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, seperti jalan-jalan, makan-makan, pelatihan-pelatihan, dan sebagainya; pengulangan berubah bunyi, seperti corat-coret, bolak-balik, sayur-mayur, dan sebagainya; dan pengulangan sebagian, seperti lelaki, sesama, leluhur, dan sebagainya.




REDUPLIKASI (KATA ULANG)

A.      Proses Pengulangan (Reduplikasi)
Pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak, disebut proses pengulangan (reduplikasi). Hasil pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang disebut bentuk dasar. Ramlan (1985) mengemukakan beberapa ciri proses pengulangan, yaitu (1) pengulangan pada umumnya tidak mengubah kategori kelas kata (golongan kata), (2) proses pengulangan dapat dikembalikan pada bentuk dasarnya, (3) bentuk dasar dalam proses pengulangan selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Bentuk pengulangan berjalan-jalan, bentuk dasarnya adalah berjalan, berpacar-pacaran bentuk dasarnya adalah berpacaran, rumah-rumah bentuk dasarnya adalah rumah.
Satuan-satuan kemerah-merahan (adjektiva) bentuk dasarnya merah (adjektiva); rumah-rumah (nomina) bentuk dasarnya adalah rumah (nomina); kereta-keretaan (nominal) bentuk dasarnya adalah kereta (nomina); berlari-lari (verba) bentuk dasarnya adalah berlari (nomina). Berdarkan contoh-contoh tersebut dapat dikatakan bahwa bentuk dasar bagi kata ulang yang termasuk kelas kata nomina, berupa kata nomina; bentuk dasar bagi kata ulang yang termasuk kelas kata verba, berupa kata verba; bentuk dasar bagi kata ulang yang termasuk kelas kata adjektiva, berupa kata adjektiva.

B.     Tipe Reduplikasi berdasarkan bentuknya
Berdasarkan bentuknya proses pengulangan dalam bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.        Pengulangan seluruhnya (penuh), yaitu pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari akar itu. Ada dua macam pengulangan penuh, yaitu:
a.         Pengulangan dwilingga, yaitu pengulangan yang bentuk dasarnya sebuah morfem bebas, seperti rumah-rumah, makan-makan, pagi-pagi, kuda-kuda, dan sebagainya;
b.         Pengulangan yang bentuk dasarnya kata berimbuhan, seperti kebaikan-kebaikan, ujian-ujian, kunjungan-kunjungan, persoalan-persoalan, dan sebagainya.
2.        Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, yaitu pengulangan yang mengulang seluruh bentuk dasar dan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Artinya, pengulangan terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks, misalnya kereta-keretaan, mobil-mobilan, kuda-kudaan, dan sebagainya;
3.        Pengulangan dengan perubahan bunyi, yaitu pengulangan bentuk dasar yang disertai dengan perubahan bunyi, yang berubah bisa bunyi vokalnya dan bisa pula bunyi konsonannya. Bentuk yang berubah bunyi bisa menduduki unsur pertama, bisa juga menduduki unsur kedua. Ada dua macam pengulangan dengan perubahan bunyi, yaitu:
a.         Dwilingga salin suara, yaitu pengulangan leksem dengan variasi fonem. Seperti mondar-mandir, pontang-panting, bolak-balik, corat-coret, gerak-gerik, serba-serbi, lauk-pauk, sayur-mayur, kelap-kelip dan sebagainya.
b.         Trilingga, yaitu pengulangan dengan anamatope tiga kali dengan variasi fonem, seperti dag-dig-dug, cas-cis-cus, dar-dir-dor, ngak-ngek-ngok, dan sebagainya.
4.        Pengulangan sebagian (dwipurwa), yaitu pengulangan suku pertama (suku awal kata) disertai dengan pelemahan bunyi, seperti tetangga (bentuk dasar tangga), lelaki (bentuk dasar laki), tetamu (bentuk dasar tamu), sesama (bentuk dasar sama), dan sebagainya;

C.    Tipe Reduplikasi Berdasarkan Fungsinya
Berdasarkan fungsi (makna), reduplikasi menyatakan arti antara lain sebagai berikut:
1.        Menyatakan banyak tak tentu. Contoh : gunung-gunung, daerah-daerah, gerak-gerik, rumah-rumah, pepohonan, dan sebagainya.
2.        Menyatakan sangat. Contoh : rajin-rajin, besar-besar, kuat-kuat, manis-manis, dan sebagainya.
3.        Menyatakan saling, berbalasan atau pekerjaan dilakukan oleh dua pihak. Contoh : kunjung-mengunjungi, tuduh-menuduh, tolong-menolong, dan sebagainya.
4.        Menyatakan paling atau intensitas. Contoh : sebaik-baiknya, setinggi-tingginya, sebanyak-banyaknya, dan sebagainya.
a.         Intensitas kualitatif. Misalnya : Anto menggandeng tangan Anti erat-erat. Baju yang dijual di toko itu bagus-bagus.
b.         Intensitas kuantitatif. Misalnya : Berjuta-juta penduduk Bosnia menderita akibat perang berkepanjangan. Kapal itu mengangkut beratus-ratus peti kemas. 
c.         Intensitas frekuentatif. Misalnya : Orang itu berjalan mondar-mandir. Pada akhir bulan ini ayah pergi-pergi saja. Berkali-kali anak itu dimarahi ibunya.
5.        Menyatakan tiruan atau menyerupai. Contoh : orang-orangan, siku-siku, rumah-rumahan, mobil-mobilan, dan sebagainya.
6.        Menyatakan bersenang-senang atau santai. Contoh : duduk-duduk, minum-minum, membaca-baca, tidur-tiduran, berjalan-jalan, berbaring-baring, dan sebagainya.
7.        Menyatakan dikenai sifat atau agak. Contoh : kebarat-baratan, kemalu-maluan, kehijau-hijauan, kemerah-merahan, dan sebagainya.
8.        Menyatakan himpunan pada kata bilangan. Contoh : dua-dua, lima-lima, banyak-banyak, dan sebagainya.
9.        Menyatakan beberapa. Contoh : Bertahun-tahun ia menunggu. Berhari-hari ia menanti.
10.    Menyatakan terus-menerus. Contoh : bertanya-tanya, mencari-cari, dan sebagainya.
11.    Menyatakan waktu. Contoh : Pagi-pagi minum es. Datang-datang marah.
12.    Menyatakan makin atau bertambah. Contoh : Lama-lama ia pingsan. Meluap-luap amarahnya.
13.    Menyatakan berusaha. Contoh : menyabar-nyabarkan diri. menguat-nguatkan hati. menahan-nahan amarah.
14.    Menyatakan dalam keadaan. Misalnya : mentah-mentah, hidup-hidup, bulat-bulat, dan sebagainya.
15.    Menyatakan perihal. Misalnya : Ibu-ibu PKK di Kampung Bugis menyelenggarakan kursus masak-memasak dan jahit-menjahit. Sekretatis di kantor kami bukan hanya menangani surat-menyurat, tetapi juga pembukuan dan daftar gaji pegawai. 

D.    Tipe Reduplikasi Berdasarkan Ada Tidaknya Unsur Pengikat Sintaksis
Proses pengulangan sintaksis, yaitu proses pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa akar, tetapi menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi dari pada sebuah kata.
1.        Kridalaksana (1989), menyebutnya menghasilkan sebuah “ulangan kata” bukan “kata ulang”.  Misalnya:
·           Suaminya benar benar jantan.
·           Jangan jangan kau dekati pemuda itu.
2.        Bentuk-bentuk reduplikasi sintaksis memiliki ikatan yang cukup longgar sehingga kedua unsurnya memiliki potensi untuk dipisahkan. Contoh:
·           Jangan kau dekati pemuda itu, jangan.
·           Benar suaminya benar jantan.
3.        Reduplikasi sintaksis ini memiliki makna ‘menegaskan’ atau ‘menguatkan’. Dalam hal ini termasuk juga reduplikasi yang dilakukan terhadap sejumlah kata ganti orang (pronomina persona), seperti:
·           Yang tidak datang ternyata dia dia juga.
·           Mereka mereka memang sengaja tidak di undang.
·           Kita kita ini memang termasuk orang yang tidak setuju dengan beliau.
4.        Reduplikasi sintaksis termasuk juga yang dilakukan terhadap akar yang menyatakan waktu, seperti:
·           Besok-besok kamu boleh datang kesini.
·           Dalam minggu-minggu ini kabarnya mereka akan menikah.
·           Hari-hari menjelang ujian anak itu tampak sibuk.









KESIMPULAN

Reduplikasi yaitu pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang disebut bentuk dasar.
Pengulangan pada umumnya tidak mengubah kategori kelas kata (golongan kata), proses pengulangan dapat dikembalikan pada bentuk dasarnya, bentuk dasar dalam proses pengulangan selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Bentuk pengulangan berjalan-jalan, bentuk dasarnya adalah berjalan, berpacar-pacaran bentuk dasarnya adalah berpacaran, rumah-rumah bentuk dasarnya adalah rumah.
Ada beberapa tipe reduplikasi, diantaranya: tipe reduplikasi berdasarkan bentuknya, berdasarkan fungsinya, dan berdasarkan ada tidaknya unsur pengikat sintaksis.








DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H., Dardjowidjojo, S., Lapoliwa, H., dan Moeliono, Anton M. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta : Balai Pustaka. 
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (pendekatan proses). Jakarta : Rineka Cipta.
Hatmanbahasa. 2010. Morfologi Bahasa Indonesia. http://hatmanbahasa.wordpress.com/. 16 Februari 2010.
Sunarno5. 2007. Kata Ulang atau Reduplikasi. http://sunarno5.wordpress.com/. 06 Desember 2007.
Wikipedia. 2012. Reduplikasi. http://id.wikipedia.org/wiki/reduplikasi/. 04 Oktober 2012.








1 komentar: