PENGANTAR
Morfologi
yaitu cabang linguistik yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Karena kata
dalam bahasa indonesia dapat dibentuk dari kata lain, ada berbagai pengertian
dan istilah yang diperlukan untuk menerangkan proses pembentukan itu, salah
satunya yaitu reduplikasi atau pengulangan kata.
Reduplikasi
atau pengulangan bentuk satuan kebahasaan merupakan gejala yang terdapat dalam
banyak bahasa di dunia ini. Dalam bahasa Indonesia reduplikasi merupakan
mekanisme yang penting dalam pembentukan kata, disamping afiksasi, komposisi
dan akronimisasi.
Reduplikasi
morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar yang berupa akar, berupa bentuk
berafiks dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh,
seperti jalan-jalan, makan-makan, pelatihan-pelatihan, dan sebagainya; pengulangan
berubah bunyi, seperti corat-coret, bolak-balik, sayur-mayur, dan sebagainya;
dan pengulangan sebagian, seperti lelaki, sesama, leluhur, dan sebagainya.
REDUPLIKASI (KATA ULANG)
A.
Proses
Pengulangan (Reduplikasi)
Pengulangan satuan gramatikal, baik
seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak, disebut
proses pengulangan (reduplikasi). Hasil pengulangan itu disebut kata ulang,
sedangkan satuan yang diulang disebut bentuk dasar. Ramlan (1985) mengemukakan
beberapa ciri proses pengulangan, yaitu (1) pengulangan pada umumnya tidak
mengubah kategori kelas kata (golongan kata), (2) proses pengulangan dapat
dikembalikan pada bentuk dasarnya, (3) bentuk dasar dalam proses pengulangan
selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Bentuk pengulangan
berjalan-jalan, bentuk dasarnya adalah berjalan, berpacar-pacaran bentuk
dasarnya adalah berpacaran, rumah-rumah bentuk dasarnya adalah rumah.
Satuan-satuan kemerah-merahan
(adjektiva) bentuk dasarnya merah (adjektiva); rumah-rumah (nomina) bentuk
dasarnya adalah rumah (nomina); kereta-keretaan (nominal) bentuk dasarnya
adalah kereta (nomina); berlari-lari (verba) bentuk dasarnya adalah berlari
(nomina). Berdarkan contoh-contoh tersebut dapat dikatakan bahwa bentuk dasar
bagi kata ulang yang termasuk kelas kata nomina, berupa kata nomina; bentuk
dasar bagi kata ulang yang termasuk kelas kata verba, berupa kata verba; bentuk
dasar bagi kata ulang yang termasuk kelas kata adjektiva, berupa kata
adjektiva.
B.
Tipe
Reduplikasi berdasarkan bentuknya
Berdasarkan bentuknya proses pengulangan
dalam bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.
Pengulangan seluruhnya (penuh), yaitu pengulangan
seluruh bentuk dasar tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari akar itu. Ada
dua macam pengulangan penuh, yaitu:
a.
Pengulangan dwilingga, yaitu pengulangan
yang bentuk dasarnya sebuah morfem bebas, seperti rumah-rumah, makan-makan,
pagi-pagi, kuda-kuda, dan sebagainya;
b.
Pengulangan yang bentuk dasarnya kata
berimbuhan, seperti kebaikan-kebaikan, ujian-ujian, kunjungan-kunjungan,
persoalan-persoalan, dan sebagainya.
2.
Pengulangan yang berkombinasi dengan
proses pembubuhan afiks, yaitu pengulangan yang mengulang seluruh bentuk dasar
dan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Artinya, pengulangan terjadi
bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks, misalnya kereta-keretaan,
mobil-mobilan, kuda-kudaan, dan sebagainya;
3.
Pengulangan dengan perubahan bunyi,
yaitu pengulangan bentuk dasar yang disertai dengan perubahan bunyi, yang
berubah bisa bunyi vokalnya dan bisa pula bunyi konsonannya. Bentuk yang
berubah bunyi bisa menduduki unsur pertama, bisa juga menduduki unsur kedua. Ada
dua macam pengulangan dengan perubahan bunyi, yaitu:
a.
Dwilingga salin suara, yaitu pengulangan
leksem dengan variasi fonem. Seperti mondar-mandir, pontang-panting, bolak-balik,
corat-coret, gerak-gerik, serba-serbi, lauk-pauk, sayur-mayur, kelap-kelip dan
sebagainya.
b.
Trilingga, yaitu pengulangan dengan
anamatope tiga kali dengan variasi fonem, seperti dag-dig-dug, cas-cis-cus,
dar-dir-dor, ngak-ngek-ngok, dan sebagainya.
4.
Pengulangan sebagian (dwipurwa), yaitu
pengulangan suku pertama (suku awal kata) disertai dengan pelemahan bunyi,
seperti tetangga (bentuk dasar tangga), lelaki (bentuk dasar laki), tetamu (bentuk
dasar tamu), sesama (bentuk dasar sama), dan sebagainya;
C.
Tipe
Reduplikasi Berdasarkan Fungsinya
Berdasarkan fungsi (makna), reduplikasi menyatakan
arti antara lain sebagai berikut:
1.
Menyatakan banyak tak tentu. Contoh :
gunung-gunung, daerah-daerah, gerak-gerik, rumah-rumah, pepohonan, dan
sebagainya.
2.
Menyatakan sangat. Contoh : rajin-rajin,
besar-besar, kuat-kuat, manis-manis, dan sebagainya.
3.
Menyatakan saling, berbalasan atau pekerjaan
dilakukan oleh dua pihak. Contoh : kunjung-mengunjungi, tuduh-menuduh, tolong-menolong,
dan sebagainya.
4.
Menyatakan paling atau intensitas. Contoh
: sebaik-baiknya, setinggi-tingginya, sebanyak-banyaknya, dan sebagainya.
a.
Intensitas kualitatif. Misalnya
: Anto
menggandeng tangan Anti erat-erat.
Baju yang dijual di toko itu bagus-bagus.
b.
Intensitas kuantitatif. Misalnya
: Berjuta-juta penduduk
Bosnia menderita akibat perang berkepanjangan. Kapal itu mengangkut beratus-ratus peti kemas.
c.
Intensitas frekuentatif. Misalnya
: Orang itu
berjalan mondar-mandir. Pada akhir
bulan ini ayah pergi-pergi saja. Berkali-kali anak itu dimarahi ibunya.
5.
Menyatakan tiruan atau menyerupai.
Contoh : orang-orangan, siku-siku, rumah-rumahan, mobil-mobilan, dan
sebagainya.
6.
Menyatakan bersenang-senang atau santai.
Contoh : duduk-duduk, minum-minum, membaca-baca, tidur-tiduran, berjalan-jalan,
berbaring-baring, dan sebagainya.
7.
Menyatakan dikenai sifat atau agak.
Contoh : kebarat-baratan, kemalu-maluan, kehijau-hijauan, kemerah-merahan, dan
sebagainya.
8.
Menyatakan himpunan pada kata bilangan.
Contoh : dua-dua, lima-lima, banyak-banyak, dan sebagainya.
9.
Menyatakan beberapa. Contoh : Bertahun-tahun ia menunggu. Berhari-hari ia menanti.
10. Menyatakan
terus-menerus. Contoh : bertanya-tanya, mencari-cari, dan sebagainya.
11. Menyatakan
waktu. Contoh : Pagi-pagi minum es. Datang-datang marah.
12. Menyatakan
makin atau bertambah. Contoh : Lama-lama ia pingsan. Meluap-luap amarahnya.
13. Menyatakan
berusaha. Contoh : menyabar-nyabarkan diri. menguat-nguatkan hati. menahan-nahan
amarah.
14. Menyatakan
dalam keadaan. Misalnya : mentah-mentah, hidup-hidup,
bulat-bulat, dan sebagainya.
15. Menyatakan perihal. Misalnya : Ibu-ibu PKK di
Kampung Bugis menyelenggarakan kursus masak-memasak
dan jahit-menjahit. Sekretatis di
kantor kami bukan hanya menangani surat-menyurat,
tetapi juga pembukuan dan daftar gaji pegawai.
D.
Tipe
Reduplikasi Berdasarkan Ada Tidaknya Unsur Pengikat Sintaksis
Proses pengulangan sintaksis, yaitu proses
pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa akar, tetapi menghasilkan
satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi dari pada sebuah kata.
1.
Kridalaksana (1989), menyebutnya
menghasilkan sebuah “ulangan kata” bukan “kata ulang”. Misalnya:
·
Suaminya benar benar jantan.
·
Jangan
jangan kau dekati pemuda itu.
2.
Bentuk-bentuk reduplikasi sintaksis
memiliki ikatan yang cukup longgar sehingga kedua unsurnya memiliki potensi
untuk dipisahkan. Contoh:
·
Jangan
kau dekati pemuda itu, jangan.
·
Benar
suaminya benar jantan.
3.
Reduplikasi sintaksis ini memiliki makna
‘menegaskan’ atau ‘menguatkan’. Dalam hal ini termasuk juga reduplikasi yang
dilakukan terhadap sejumlah kata ganti orang (pronomina persona), seperti:
·
Yang tidak datang ternyata dia dia juga.
·
Mereka
mereka memang sengaja tidak di undang.
·
Kita
kita
ini memang termasuk orang yang tidak setuju dengan beliau.
4.
Reduplikasi sintaksis termasuk juga yang
dilakukan terhadap akar yang menyatakan waktu, seperti:
·
Besok-besok
kamu boleh datang kesini.
·
Dalam minggu-minggu ini kabarnya mereka akan menikah.
·
Hari-hari
menjelang ujian anak itu tampak sibuk.
KESIMPULAN
Reduplikasi yaitu pengulangan satuan
gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun
tidak. Hasil pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang
disebut bentuk dasar.
Pengulangan pada umumnya tidak mengubah
kategori kelas kata (golongan kata), proses pengulangan dapat dikembalikan pada
bentuk dasarnya, bentuk dasar dalam proses pengulangan selalu berupa satuan
yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Bentuk pengulangan berjalan-jalan,
bentuk dasarnya adalah berjalan, berpacar-pacaran bentuk dasarnya adalah
berpacaran, rumah-rumah bentuk dasarnya adalah rumah.
Ada beberapa tipe reduplikasi,
diantaranya: tipe reduplikasi berdasarkan bentuknya, berdasarkan fungsinya, dan
berdasarkan ada tidaknya unsur pengikat sintaksis.
DAFTAR
PUSTAKA
Alwi, H.,
Dardjowidjojo, S., Lapoliwa, H., dan Moeliono, Anton M. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi
ketiga. Jakarta : Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (pendekatan
proses). Jakarta : Rineka Cipta.
Hatmanbahasa. 2010. Morfologi Bahasa Indonesia. http://hatmanbahasa.wordpress.com/.
16 Februari 2010.
terima kasih. sangat bermanfaat
BalasHapus