BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Prosa Fiksi
Karya
satera menurut ragamnya dibedakan atas prosa, puisi, dan drama. Karya sastera
fiksi atau ada yang menyebut ceitera rekaan, merupakan salah satu jenis karya
sastera yang beragam prosa.
Kata
prosa diambil dari bahasa Inggris, prose. Kata ini sebenarnya
menyaran pada pengertian yang lebih luas, tidak hanya mencakup pada tulisan
yang digolongkan sebagai karya sastra, tapi juga karya non fiksi, seperti
artikel, esai, dan sebagainya. Agar tidak terjadi kekeliruan, pengertian prosa
pada buku ini dibatasi pada prosa sebagai genre sastra. Dalam pengertian
kesastraan, prosa sering diistilahkan dengan fiksi (fiction), teks
naratif (narrative text) atau wacana naratif (narrative discourse).
Prosa yang sejajar dengan istilah fiksi (arti rekaan) dapat diartikan : karya
naratif yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, tidak sungguh-sungguh
terjadi di dunia nyata. Tokoh, peristiwa dan latar dalam fiksi bersifat
imajiner. Hal ini berbeda dengan karya nonfiksi. Dalam nonfiksi tokoh,
peristiwa, dan latar bersifat faktual atau dapat dibuktikan di dunia nyata
(secara empiris).
Prosa fiksi sebagai cerita rekaan
bukan berarti prosa fiksi adalah lamunan kosong seorang pengarang. Prosa fiksi
adalah perpaduan atau kerja sama antara pikiran dan perasaan. Fiksi dapat
dibedakan atas fiksi yang realitas dan fiksi yang aktualitas. Prosa selalu
bersumber dari lingkungan kehidupan yang dialami, disaksikan, didengar, dan
dibaca oleh pengarang. Prosa fiksi dapat menyampaikan informasi mengenai suatu
kejadian dalam kehidupan. Maknanya dapat berarti ambigu. Prosa fiksi melukiskan
realita imajinatif karena imajinasi selalu terikat pada realitas, sedangkan
realitas tak mungkin lepas dari imajinasi. Bahasanya lebih condong ke bahasa
figuratif dengan menitikberatkan pada penggunaan kata-kata konotatif.
Selanjutnya prosa fiksi mengajak kita untuk berkontemplasi karena sastra
menyodorkan interpretasi pribadi yang berhubungan dengan imajinasi.
Prosa
Fiksi adalah kisahan atau ceritera yang diemban oleh palaku-pelaku tertentu
dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian ceritera tertentu yang
bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu ceritera.
(aminuddin, 2002:66). Sedangkan M. Saleh Saad dan Anton M. Muliono (dalam
Tjahyono, 1988:106) mengemukakan pengertian prosa fiksi (fiksi, prosa narasi,
narasi, ceritera berplot, atau ceritera rekaan disingkat cerkan) adalah bentuk
ceritera atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa, dan alur
yang dihasilkan oleh daya imajinasi.
Pengertian
lain dikemukakan oleh Sudjiman, (1984:17) yang menyebut fiksi ini dengan
istilah ceritera rekaan, yaitu kisahan yang mempunyai tokoh, lakuan, dan alur
yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi, dalam ragam prosa. Logika
dalam prosa fiksi adlah logika imajnatif, sedangkan logika dalam nonfiksi
adalah logika factual. Prosa fiksi dapat dibedakan atas pendek dan novel. Ada
juga yang memilahnya menjadi tiga, selain cerpen, dan noel, tersebut juga
istilah roman. Nurgiantoro (2000:10) MENGUTIP Edgar Alan Poe yang mengatakan
cerpen merupakan prosa fiksi yang dibaca selesai sekali duduk, kira-kira
berkisar antara setengah jam sampai dua jam, yang agak sulit jika dilakukan untuk
sebuah novel. Sudjiman (1984:14) mengemukakan bahwa ceritera pendek adalah
kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal dominan.
Plot cerpen biasanya tungggal, hanya
terdiri dari satu urutan peristiwa, dan urutan peristiwa biasanya terjadi dari
mana saja. Kalaupun ada perkenalan tokoh dan latar, tidak berkepanjangan.
Karena plot tunggal, konflik dan klimak pun biasanya bersifat tunggal pula.
Tema dalam ceritera pendek biasanya
hanya berisi satu tema. Hal itu berkaitan dengan keadaan plot yang juga tunggal
dan pelaku yang terbatas. Sebaliknya, novel dapat saja menawarkan lebih dari
satu tema, yaitu satu tema utama dan tema-tema tambahan.
Penokohan cerpen hanya terbatas,
apalagi yang bersetatus tokoh utama. Tokoh cerpen terbatas baik jumlah maupun
data-data tokoh, misalnya terkait dengan perwatakan. Dengan demikian pembaca
harus menyimpulkan dan menerka sendiri perwatakan lengkap yang muncul dalam
cerpen.
Pelukisan latar cerpen tidak memerlukan
detil khusus tentang keadaan luar, misalnya tentang tempat dan sosial. Cerpen
hanya memerlukan pelukisan secara garis besar saja atau bahkan secara implisit
asal telah mampu memberikan suasana tertentu yang dimaksudkan (Nurgianytoro,
2000:13).
Cerpen lebih biasanya mendukung unity.
Artinya segala sesuatu yang diceritakan mendukung tema utama. Semua unsur
pembentuk cerpen harus saling berkaitan. Pencapaian kepaduan cerpen lebih mudah
dicapai. Dalam novel agak sulit karena biasanya novel terbagi atas bab yang
masing-masing berisi cerita yang berbeda.
Novel berasa dari kata novella (Italia)
yang secara harfiah berarti ”sebuah barang baru yang kecil”. Novel pengertian
menurut Sudjiman (1998:53) prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan
tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun.
Plot novel, karena tidak keterkaitan
dengan panjangnya tulisan, umumnya memiliki lebih dari satu plot. Plot novel
biasanya terdiri plot utama dan subplot.
Tema dalam novel tidak menutup
kemungkinan terdiri atas lebih dari satu tema, yaitu tema utama dan tema-tema
tambahan.
Tokoh-tokoh dalam novel biasanya
diceritakan lebih lengkap, misalnya cirri-ciri fisik, keadaan sosial, tingkah
laku, sifat dan kebiasaan.
Pelukisan latar dalam novel, umumnya
lebih rinci, sehingga dapat menggambarkan latar lebih jelas, konkret dan pasti.
B.
Jenis-jenis Prosa Fiksi
1.
Prosa
Modern
Dari
khasanah sastra modern, kita mengenal Ada beberapa jenis karya prosa fiksi,
yaitu novel, novelet, dan cerita pendek (cerpen).
1)
Cerita Pendek (cerpen)
Sesuai dengan namanya, cerita pendek dapat diartikan sebagai cerita berbentuk
prosa yang pendek. Ukuran pendek di sini bersifat relatif. Menurut Edgar Allan
Poe, sastrawan kenamaan Amerika, ukuran pendek di sini adalah selesai dibaca
dalam sekali duduk, yakni kira-kira kurang dari satu jam. Adapun Jakob Sumardjo
dan Saini K.M (1995:30) menilai ukuran pendek ini lebih didasarkan pada
keterbatasan pengembangan unsur-unsurnya. Cerpen memiliki efek tunggal dan
tidak kompleks. Cerpen ,dilihat dari segi panjangnya, cukup bervariasi. Ada
cerpen yang pendek (short short story), berkisar 500-an kata; ada cerpen
yang panjangnya cukupan (middle short story), dan ada cerpen yang
panjang (long short story) biasanya terdiri atas puluhan ribu kata. Dalam
kesusastraan di Indonesia, cerpen yang diistilahkan dengan short short story,
disebut dengan cerpen mini. Sudah ada antologi cerpen seperti ini, misalnya
antologi : Ti Pulpen Nepi Ka Pajaratan Cinta. Contoh untuk cerpen-cerpen
yang panjangnya sedang (middle short story) cukup banyak. Cerpen-cerpen
yang dimuat di surat kabar adalah salah satu contohnya.. Adapun cerpen yang long
short story biasanya cerpen yang dimuat di majalah. Cerpen „”Sri Sumariah”
dan “Bawuk” karya Umar Khayam juga termasuk ke dalam cerpen yang panjang ini.
2)
Novelet Di dalam
khasanah prosa, ada cerita yang yang panjangnya lebih panjang dari cerpen,
tetapi lebih pendek dari novel. Jadi, panjangnya antara novel dan cerpen. Jika
dikuantitaatifkan, jumlah dan halamannya sekitar 60 s.d 100 halaman. Itulah
yang disebut novelet. Dalam penggarapan unsur-unsurnya : tokoh, alur, latar,
dan unsur-unsur yang lain, novelet lebih luas cakupannya dari pada cerpen.
Namun, dimaksudkan untuk memberi efek tunggal.
3)
Novel Kata novel
berasal dari bahasa Italia, novella, yang berati barang baru yang kecil.
Pada awalnya, dari segi panjangnya noovella memang sama dengan cerita
pendek dan novelet. Novel kemudian berkembang di Inggris dan Amerika. Novel di
wilayah ini awalnya berkembang dari bentuk-bentuk naratif nonfiksi, seperti
surat, biografi, dan sejarah. Namun seiring pergeseran masyarakat dan
perkembangan waktu, novel tidak hanya didasarkan pada data-data nonfiksi,
pengarang bisa mengubah novel sesuai dengan imajinasi yang dikehendakinya. Yang membedakan novel dengan cerpen dan
novelet adalah segi panjang dan keluasan cakupannya. Dalam novel, karena jauh
lebih panjang, pengarang dapat menyajikan unsur-unsur pembangun novel itu:
tokoh, plot, latar, tema, dll. secara lebih bebas, banyak, dan detil. Permasalahan
yang diangkatnya pun lebih kompleks Dengan demikian novel dapat diartikan
sebagai cerita berbentuk prosa yang menyajikan permasalahn-permasalahan secara
kompleks, dengan penggarapan unsur-unsurnya secara lebih luas dan rinci.
4)
Roman Kehadiran dan
keberadaan roman sebenarnya lebih tua dari pada novel. Roman (romance)
berasal dari jenis sastra epik dan romansa abad pertengahan. Jenis sastra ini
banyak berkisah tentang hal-hal yang sifatnya romantik, penuh dengan
angan-angan, biasanya bertema kepahlawanan dan percintaan. Istilah roman dalam
sastra Indonesia diacu pada cerita-cerita yang ditulis dalam bahasa roman
(bahasa rakyat Prancis abad pertengahan) yang masuk ke Indonesia melalui
kesusastraan Belanda. Di Indonesia apa yang diistilahkan dengan roman, ternyata
tidak berbeda dengan novel, baik bentuk, maupun isinya. Oleh karena itu,
sebaiknya istilah roman dan novel disamakan saja. Cerpen, novel/roman, dan
novelet di atas berjenis-jenis lagi. Penjenisan itu dapat dilihat dari temanya,
alirannya, maupun dari kategori usia pembaca. Terkait dengan penjenisan
berdasarkan kategori usia pembaca, kita mengenal pengistilahan sastra anak,
sastra remaja, dan sastra dewasa. Begitu pula dengan jenis prosa di atas, baik
cerpen, novel, maupun novelet. Penjenisan itu disesuaikan dengan karakteristik
usia pembacanya, baik dari segi isi, maupun penyajiannya. Sebagai contoh,
sastra anak (cerpen anak, novel anak) dari segi isinya akan menyuguhkan
persoalan-persoalan dan cara pandang sesuai dengan dunia anak-anak. Begitu pula
dengan penyajiannya, yang menggunakan pola penyajian dan berbahasa sederhana
yang dapat dipahami anak-anak. Sastra remaja pun demikian, persoalan dan
penyajiannya adalah sesuai dengan dunia remaja, seperti percintaan,
persahabatan, petualangan, dan lain-lain. Sesuai dengan lingkup materi yang
terdapat dalam kurikulum, pembahasan jenis prosa di atas akan dibatasi pada
cerpen anak dan novel remaja.
2.
Cerita Anak
Cerita
anak, baik karya asli Indonesia, maupun terjemahan, mencakup rentang umur
pembaca yang beragam, mulai rentang 3-5 tahun, 6-9 tahun, dan 10-12 tahun
(bahkan 13 dan 14) tahun. Adapun bentuknya bermacam-macam, baik serial, cerita
bergambar, maupun cerpen. Tema cerita anak juga beragam, mulai dari
persahabatan, lingkungan, kemandirian anak, dan lain-lain. Sifatnya juga
beragam. Dari segi sifatnya, cerita anak dalam khasanah sastra modern terdiri
atas:
1). cerita
keajaiban, yakni cerita sihir dan peri yang gaib, yang biasanya melibatkan
pula unsur percintaan dan petualangan. Contoh: Cinderella, Puteri Salju, Puteri
Tidur, Tiga Keinginan, dan lain-lain.
2). cerita fantasi, yaitu cerita yang menggambarkan
dunia yang tidak nyata, dunia yang dibuat sangat mirip dengan kenyataan dan
menceritakan hal-hal aneh dan menggambarkan suasana yang asing dan peristiwa-peristiwa
yang sukar diterima akal. Macam-macamnya adalah: fantasi binatang, fantasi
mainan dam boneka, fantasi dunia liliput, fantasi tentang alam gaib, dan
fantasi tipu daya waktu.
3). cerita fiksi ilmu pengetahuan,
yakni cerita dengan unsur fantasi yang didasarkan pada hipotesis tentang
ramalan yang masuk akal berdasarkan pengetahuan, teori, dan spekulasi ilmiah,
misalnya cerita tentang petualangan di planet lain, makhluk luar angkasa, dan
sejenisnya.
Sumber-sumber
cerita anak cukup luas, baik berupa buku, maupun cerita-cerita yang disajikan
di majalah anak-anak, dan koran-koran yang memiliki sisipan rubrik anak-anak.
Di Indonesia, para pengarang cerita anak antara lain: Toha Mohtar, Mansur
Samin, Titie Said, E. Siswojo, A. Djan, Triwahyono, Nimas Heming, Slamet
Manshuri, Ayu Widuri, Dian Pratiwi, Heroe Soekarto, Radar Panca Dahana, Toety
Mukhlih, Arif Maulana, Soekardi, Tetet Cahyati, Dorothea Rosa Herliany, dan
masih banyak lagi.
3.
Novel
Remaja
Novel
remaja adalah novel yang ditulis untuk segmen pembaca remaja. Oleh karena yang
ditujunya remaja, maka isi dan penyajiannya pun disesuaikan dengan dunia
remaja.
Dari
segi isinya, novel remaja biasanya berkisah tentang percintaan, persahabatan,
permusuhan, atau petualangan. Bahasanya adalah bahasa khas remaja yang mengacu
pada bahasa gaul: bahasa khas remaja kota. Dilihat dari jenis ceritanya, ada
novel detektif, petualangan, juga novel drama. Dalam perkembangan sastra
akhir-akhir ini, novel remaja dapat dikatakan mengalami booming. Begitu
banyak novel remaja diterbitkan, begitu banyak penulis remaja, dan begitu
banyak pula pembacanya sehingga banyak novel remaja dicetak ulang, dan banyak
penulis remaja yang kewalahan meladeni pesanan penerbit. Novel remaja yang
sedang booming akhir-akhir ini adalah novel remaja yang disebut chicklit
dan teenlit. chicklit singkatan dari chick literatur,
artinya karya sastra yang bercerita tentang wanita. Tetapi, chicklit lebih
sering didefinisikan sebagai karya sastra populer yang bercerita tentang
kehidupan sehari-hari sorang wanita lajang kota serta pola pikirnya yang
modern. Chicklit disajikan dengan ringan, menghibur, dan bertutur
tidak formal. Chicklit diarahkan pada gadis dewasa (17-26 tahun). Adapun
teenlit singkatan dari teenager literatur, diarahkan pada remaja
yang lebih belia, seusia anak SMP. Dari sejarah kelahirannya, tak ada yang
dapat memastikan pelopor pertama lahirnya chicklit dan teenlit ini.
Ada yang menyebut pelopor genre ini adalah novelis Helen Fielding dari Amerika
Serikat lewat karyanya yang berjudul Bridget Jones’s Diary. Tetapi,
beberapa kritikus menyebutkan J.K Rowling-lah yang memeloporinya lewat karyanya
Harry Potter. Di Indonesia sendiri, jenis novel ini identik dengan
kehidupan remaja di era globalisasi. Para penulisnya kebanyakan adalah para
penulis yang rata-rata juga masih remaja, sehingga sangat paham dunia remaja.
Di tengah maraknya novel-novel remaja yang beragam saat ini yang ditulis untuk
beragam kepentingan, untuk bahan dan sumber pembelajaran di kelas, para guru
hendaknya selektif dalam memilihnya. Selain pertimbangan dari segi
kesesuaiannya dengan tahap perkembangan psikologi siswa, para guru hendaknya
mempertimbangkan pula aspek didaktik dan etik karena banyak novel remaja yang
ditulis dengan lebih mengedepankan aspek komersial dengan berani melanggar
aspek didaktik dan etik ini.
4.
Prosa
Lama
Yang
dimaksud dengan istilah prosa lama di sini adalah karya prosa yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat lama Indonesia, yakni masyarakat tradisional. di wilayah
Nusantara. Jenis sastra ini pada awalnya muncul sebagai sastra lisan. Di antara
jenis-jenis prosa lama itu adalah mite, legenda, fabel, hikayat, dan lain-lain.
Jenis-jenis prosa lama tersebut sering pula diistilahkan dengan folklor (cerita
rakyat), yakni cerita dalam kehidupan rakyat yang diwariskan dari generasi ke
generasi secara lisan. Dalam istilah masyarakat umum, jenis-jenis tersebut
sering disebut dengan dongeng.
1). Dongeng,
adalah cerita yang sepenuhmya merupakan hasil imajinasi atau khayalan pengarang
di mana yang diceritakan seluruhnya belum pernah terjadi.
2). Fabel adalah
cerita rekaan tentang binatang dan dilakukan atau para pelakunya binatng yang
diperlakukan seperti manusia. Contoh: Cerita Si Kancil yang Cerdik, Kera Menipu
Harimau, dan lain-lain.
3). Hikayat adalah
cerita, baik sejarah, maupun cerita roman fiktif, yang dibaca untuk pelipur
lara, pembangkit semangat juang, atau sekedar untuk meramaikan pesta. Contoh;
Hikayat Hang Tuah, Hikayat Seribu Satu Malam, dan lain-lain.
4). Legenda adalah
dongeng tentang suatu kejadian alam, asal-usul suatu tempat, benda, atau
kejadian di suatu tempat atau daerah. Contoh: Asal Mula Tangkuban Perahu, Malin
Kundang, Asal Mula Candi Prambanan, dan lain-lain.
5). Mite adalah
cerita yang mengandung dan berlatar belakang sejarah atau hal yang sudah
dipercayai orang banyak bahwa cerita tersebut pernah terjadi dan mengandung
hal-hal gaib dan kesaktian luar biasa. Contoh: Nyi Roro Kidul.
6). Cerita
Penggeli Hati, sering pula diistilahkan dengan cerita noodlehead karena
terdapat dalam hampir semua budaya rakyat. Cerita-cerita ini mengandung unsur
komedi (kelucuan), omong kosong, kemustahilan, ketololan dan kedunguan, tapi
biasanya mengandung unsur kritik terhadap perilaku manusia/mayarakat. Contohnya
adalah Cerita Si Kabayan, Pak Belalang, Lebai Malang, dan lain-lain.
7). Cerita
Perumpamaan adalah dongeng yang mengandung kiasan atau ibarat yang berisi
nasihat dan bersifat mendidik. Sebagai contoh, orang pelit akan dinasihati
dengan cerita seorang Haji Bakhil.
8). Kisah adalah
karya sastra lama yang berisi cerita tentang perjalanan atau pelayaran
seseorang dari satu tempat ke tempat lain. Contoh: Kisah Perjalanan Abdullah ke
Negeri Kelantan, Kisah Abullah ke Jeddah, dan lain-lain.
Dari
jenis-jenis cerita di atas, ada juga yang dikhususkan sebagai cerita anak. Yang
termasuk cerita anak dari khasanah prosa lama antara lain: cerita binatang
(contohnya Cerita Kancil dan Buaya, Burung Gagak dan Serigala, dan lain-lain),
cerita noodlehead (contohnya: Cerita Pak Kodok, Pak Pandir, PakBelalang,
Si Kabayan, dan lain-lain).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar