PENGANTAR
Pendekatan
sebagai suatu prinsip dasar atau landasan yang digunakan oleh seseorang sewaktu
mengapresiasi karya sastra dapat bermacam-macam. Keanekaragaman pendekatan yang
digunakan itu dalam hal ini lebih banyak ditentukan oleh tujuan dan apa yang
akan diapresiasi lewat teks sastra yang dibacanya, kelangsungan apresiasi itu
terproses oleh kegiatan bagaimana, dan landasan teori yang digunakan dalam
kegiatan apresiasi. Pemilihan dan penentuan pendekatan tersebut tentu sangat
ditentukan oleh tujuan mengapresiasi itu sendiri.
Bertolak
dari tujuan dan apa yang akan diapresiasi, pembaca dapat menggunakan sejumlah
pendekatan meliputi pendekatan parafrastis, pendekatan emotif, pendekatan
analitis, pendekatan historis, pendekatan sosiopsikologis, dan pendekatan
didaktis.
Disini
akan dibahas dua pendekatan, yaitu pendekatan historis dan pendekatan
sosiopsikologis. Pendekatan historis yaitu mengapresiasi karya sastra dilihat
dari biografi pengarang dan kesejarahannya. Pendekatan sosiopsikologis yaitu
mengapresiasi karya sastra dilihat dari latar belakang sosial dan kehidupan
masyarakat pada saat karya sastra tersebut diciptakan.
PENDEKATAN HISTORIS DAN PENDEKATAN
SOSIOPSIKOLOGIS
A.
Pendekatan
Historis
Pendekatan
historis adalah suatu pendekatan yang menekankan pada pemahaman tentang
biografi pengarang, latar belakang peristiwa kesejarahan yang melatarbelakangi
masa-masa terwujudnya cipta sastra yang dibaca serta tentang bagaimana
perkembangan kehidupan penciptaan maupun kehidupan sastra itu sendiri pada
umumnya dari zaman ke zaman.
Prinsip
dasar yang melatarbelakangi lahirnya pendekatan ini adalah anggapan bahwa cipta
sastra bagaimanapun juga merupakan bagian dari zamannya. Selain itu, pemahaman
terhadap biografi pengarang juga sangat penting dalam upaya memahami kandungan
dalam suatu cipta sastra. Sebab itulah telaah makna suatu teks dalam pendekatan
sosiosemantik sangat mengutamakan konteks, baik konteks sosio-budaya, situasi
atau zaman maupun konteks kehidupan pengarangnya sendiri.
Dalam
telaah karya sastra lewat pendekatan historis ini, pembaca dapat memanfaatkan
berbagai informasi kesejarahan tambahan, pembaca juga dapat melihat pada
keterangan tentang biografi pengarang yang terdapat dibagian belakang maupun
esei-esei tentang kehidupan pengarang yang terdapat dalam buku-buku kumpulan
karangan maupun majalah dan koran.
Penyebab
utama lahirnya karya sastra adalah penciptanya sendiri yaitu sang pengarang.
Itulah sebabnya penjelasan tentang kepribadian dan kehidupan pengarang adalah
metode tertua dan paling mapan dalam studi sastra. Biografi hanya bernilai
sejauh memberi masukan tentang penciptaan karya sastra. Tetapi biografi juga
dapat dinikmati karena mempelajari hidup pengarang yang jenius, menelusuri
perkembangan moral, mental, dan intelektualnya yang tentu menarik.
Tiga
sudut pandangan yang relevan dengan studi sastra, yaitu :
1.
Menanggap bahwa biografi menerangkan dan
menjelaskan proses penciptaan karya sastra yang sebenarnya.
2.
Mengalihkan pusat perhatian dari karya
ke pribadi pengarang.
3.
Memperlakukan biografi sebagai bahan
untuk ilmu pengetahuan atau psikologi penciptaan artistik.
B. Pendekatan Sosiopsikologis
Pendekatan
sosio-psikologis adalah suatu pendekatan yang berusaha memahami latar belakang
kehidupan sosial-budaya, kehidupan masyarakat, maupun tanggapan kejiwaan atau
sikap pengarang terhadap lingkungan kehidupannya ataupun zamannya pada saat
cipta sastra itu diwujudkan. Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini memang sering
tumpang tindih dengan pendekatan historis. Akan tetapi, selama masalah yang
akan dibahas untuk setiap pendekatan itu dibatasi dengan jelas, maka
ketumpangtindihan itu pasti dapat dihindari.
Jika dalam
pendekatan historis kita dapat membahasnya lewat pembahasan tentang biografi
pengarang, peristiwa kesejarahan yang terjadi pada masa itu serta telaah tentang
bagaimana perkembangan ataupun hubungan karya sastra sebelumnya maupun dengan
perkembangan karya sastra pada umumnya. Maka dalam pendekatan sosio-psikologis,
apresiator berusaha memahami bagaimana kehidupan sosial masyarakat pada masa
itu, bagaimana sikap pengarang terhadap lingkungannya, serta bagaimana hubungan
antara cipta sastra itu dengan zamannya.
Sehubungan
dengan penerapan pendekatan sosio-psikologis itu, terdapat anggapan bahwa cipta
sastra merupakan kreasi manusia yang terlibat dalam kehidupan serta mampu
menampilkan tanggapan evaluatif terhadapnya. Sebab itulah dengan mengutip
pendapat Grebstein, Sapardi Djokodamono mengungkapkan bahwa karya sastra tidak
dapat dipahami selengkap-lengkapnya apabila dipisahkan dari lingkungan atau
kebudayaan.
Sosiologi
sastra mempunyai kekurangan, yakni terlalu cenderung pada historisme. Sastra
yang bersifat sosial hanya merupakan satu ragam sastra dari banyak ragam
lainnya. Sifat sosial bukan merupakan inti teori sastra, kecuali kalau kita
beranggapan bahwa sastra pada dasarnya adalah “tiruan” hidup dan kehidupan
sosial. Tetapi sastra jelas bukan pengganti sosiologi atau politik. Sastra
mempunyai tujuan alasan keberadaannya sendiri.
Sosiologi
sastra dengan psikologi sastra sebab objeknya sama, yaitu manifestasi manusia
yang teridentifikasi dalam sebuah karya. Perbedaannya, objek sosiologi sastra
adalah manusia dalam masyarakat, sebagai transindividual, tingkah laku sebagai
manifestasi psikologi. Sosiologi sastra memandang karya satra sebagai interaksi
pengarang dengan masyarakat, sebagai kesadaran kolektif, sedangkan psikologi
sastra memandang sastra sebagai rekaman keistimewaan individu, sebagai kesadaran
personal.
Karena
itulah, aspek-aspek psikologi bermanfaat bagi sosiologi sastra apabila memiliki
nilai historis yang berhubungan dengan aspek-aspek kemanusiaan secara
keseluruhan. Teori-teori psikologi sastra yang bermanfaat dalam memahami karya
sastra karena dikaitkan dengan karya seni sebagai manifestasi introver dan
neurosis, sebagai akibat manusia yang tidak bisa menerima kenyataan
sehari-hari.
Menurut
Daiches (1956: 340-357) mengemukakan prinsip-prinsip psikologi dimanfaatkan
dalam analisis karya sastra melalui tiga cara yaitu :
a.
Melalui Pengarang
Cara pertama ini disebut kritik
ekpresif, sebab melukiskan eksistensi subjek kreator sebagai subjek individual,
khususnya kaitan antara sikap pengarang dengan karya yang dihasilkannya.
b.
Melalui Semestaan Tokoh-Tokoh
Cara yang kedua disebut sebagai
kritik objektif, dengan memusatkan perhatian pada psikologi tokoh-tokoh,
khususnya manifestasi karakterisasi sebagai representasi karaktelogi.
c.
Melalui Citra Arketipe
Cara ketiga disebut ktitik arketipe,
sebab analisis di pusatkan pada genesis psikologis, khususnya mengenai eksistensi
ketaksadaran kolektif.
Dalam
penelitian tradisional, baik sosilogi sastra maupun psikologi sastra termasuk
aspek-aspek ekstrinsik (Wellek dan Werren, 1962 : 73-135). Aspek-aspek
ekstrinsik adalah keseluruhan aspek karya yang berada diluar aspek intrinsik,
termasuk biografi pengarang. Di antara aspek-aspek ekstrinsik yang lain, aspek
sosiologi termasuk salah satu aspek yang terpenting. Latar belakang sosio-budaya,
misalnya dianggap sebagai indikator utama lahirnya sebuah karya sekaligus
mengkondisikan keseluruh aspek yang terkandung di dalamnya.
Menurut
Wellek dan Werren (ibid.), baik
psikologi satra maupun sosologi sastra memberikan tiga kemungkinan utama dalam
analisis, yaitu :
a.
Analisis pengarang sebagai pencipta;
b.
Analisisi karya sastra itu sendiri;
c.
Analisis pembaca.
Analisis
psikologis cenderung memandang subjek kreator sebagai individu yang berbeda,
memiliki keistimewaan, keunikan, kejeniusan. Sebaliknya, menurut paradigma
sosiologi sastra pengarang merupakan manusia biasa. Kemampuannya terletak dalam
mengkompilasikan dan menyeleksi fakta sosial, proses kreatif memiliki
kesejajaran dengan interaksi sosial yang lain. Karena itu, kreativitas seni
dianggap sebagai proses yang wajar bahkan alamiah.
KESIMPULAN
Pendekatan
historis yaitu pendekatan mengapresiasi karya sastra yang dilihat dari biografi
pengarang dan kesejarahan yang melatarbelakangi terwujudnya karya sastra
tersebut. Sedangak pendekatan sosiopsikologis yaitu pendekatan mengapresiasi
karya sastra yang dilihat dari latar belakang sosial dan kehidupan masyarakat
pada saat karya sastra tersebut diciptakan.
Sosiologi
sastra mempunyai kekurangan, yakni terlalu cenderung pada historisme. Sastra
yang bersifat sosial hanya merupakan satu ragam sastra dari banyak ragam
lainnya. Sifat sosial bukan merupakan inti teori sastra, kecuali kalau kita
beranggapan bahwa sastra pada dasarnya adalah “tiruan” hidup dan kehidupan
sosial. Tetapi sastra jelas bukan pengganti sosiologi atau politik. Sastra
mempunyai tujuan alasan keberadaannya sendiri.
Pemahaman
terhadap sosiolgi dan psikologi sastra, sebagai polarisasi dua disiplin yang
berbeda dalam menaganalisis objek yang sama, yaitu sebuah karya sastra. Dengan
kalimat lain, aspek-aspek psikologi yang bermanfaat dalam analisis sosiologi
sastra adalah aspek-aspek psikologi sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2002. Pengantar
Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Kita, Artikel.
2010. Pendekatan Dalam Apresiasi
Prosa Dan Puisi.
http://apresiasiprosa.blogspot.com/.
02 Maret 2010.
Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Syahri. 2012. Jenis-Jenis Pendekatan Dalam Apresiasi Sastra. http://rukusama.blogspot.com/. 05 Januari 2012.
Welek, R. & Warren, A. 1989. Teori Kesusastraan.
Jakarta: PT Gramedia.
Maaf nama penulis makalahnya siapa ya? Saya ada kepentingan nukil materi dari makalah ini, kalau ga disebutkan penulis sumbernya kan nanti disebut plagiat. Terimakasih.
BalasHapusMakasih...keren blognya. Mampir ke blog saya ya sis...
BalasHapusBTW nama penulis makalahnya siapa ya? hehe
How to get to Las Vegas Casino - JTGHub
BalasHapusHow to get 천안 출장샵 to Las Vegas Casino · Click "Select the Casino Near you" · 과천 출장샵 Enter your desired name 대전광역 출장안마 · Enter 화성 출장안마 your desired 전라남도 출장샵 information