ABSTRAK
ANALISIS PUISI HATI YANG TERSAKITI KARYA AI LIA YULIANI
SARAH BERDASARKAN PENDEKATAN RESEPSI SASTRA SINKRONIS
Oleh:
Lusy Fitriyani
Analisis
puisi ini berdasarkan pada pendekatan resepsi sastra sinkronis. Analisis
sinkronis adalah analisis berdasarkan pendapat pembaca sezaman.
Tujuan
dari analisis ini yaitu untuk mengkaji karya sastra berdasarkan pendekatan
sinkronis dan dapat mengetahui makna puisi “Hati Yang Tersakiti”.
Menurut
Pradopo (2007:218) yang dimaksud resepsi adalah ilmu keindahan yang didasarkan
pada tanggapan-tanggapan pembaca terhadap karya sastra.
Metode
yang digunakan adalah teknik wawancara dan studi pustaka. Teknik wawancara adalah
cara mengumpulkan informasi melalui tanya jawab antara penulis dan responden.
Sedangkan studi pustaka adalah cara dimana penulis menelaah sumber yang
berkaitan dengan buku dan internet.
Hasil
analisis ini menunjukan bahwa anlisis puisi berdasarkan pendekatan resepsi
sastra sinkronis memang sedikit sulit karena penelitian sinkronis hanya dapat
digunakan untuk mengetahui tanggapan pembaca pada satu kurun waktu. Namun
dengan cara ini kita dapat mengetahui makna sebenarnya dari karya sastra itu, karena
kita bertanya langsung pada pembuat karya sastra tersebut.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Penilaian terhadap karya sastra tidak
lepas dari peranan pembaca sebagai penikmat sastra. Dalam kurun waktu terakhir
ini para ahli sastra menyadari pentingnya pembaca sebagai penerima informasi
dan pemberi makna terhadap sebuah karya sastra. Dalam kaitannya pembaca sebagai
penerima informasi dan pemberi makna, maka diperlukan pembahasan mengenai
resepsi pembaca terhadap karya sastra tersebut.
Pembaca memiliki kebebasan untuk
memberikan makna atau arti sebuah karya sastra. Setiap pembaca dapat memberikan
makna, arti, dan respon terhadap karya sastra yang dibaca atau dinikmatinya.
Makna dan arti karya itu dikaitkan dengan pengalaman batin pembaca, pengalaman
hidup pembaca dan dari situlah makna dibangun.
Pertemuan antara pembaca dan teks sastra
menyebabkan terjadinya proses penafsiran atas teks oleh pembaca sebagai
objekif, yang hasilnya adalah pengakuan makna teks (Nuryatin 1998:135). Pembaca
selaku pemberi makna akan senantiasa ditentukan oleh ruang, waktu, golongan
sosial, budaya dan pengalamannya (Jauss dalam Nuryatin 1998:133).
Penelitian resepsi sastra ini dapat
dilakukan dengan dua metode penelitian yang dibedakan berdasarkan periode
munculnya pembaca karya sastra yang ditanggapi. Selain itu, penggunaan karya
sastra juga memengaruhi penggunaan metode dalam penelitian resepsi sastra.
Dalam penulisan makalah ini, penulis
akan mengangkat topik mengenai analisis puisi berdasarkan pendekatan resepsi
sastra sinkronis. Alasan pemilihan topik ini karena penelitian resepsi sastra
sinkronis saat ini jarang digunakan oleh para ahli sastra, khususnya para
ilmuwan sastra dan mahasiswa jurusan sastra.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
rumusan masalah dalam makalah ini:
a. Mengkaji
karya sastra berdasarkan pendekatan sinkronis.
b. Mengetahui
makna dari puisi “Hati Yang Tersakiti”.
1.3
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka
tujuannya adalah:
a. Dapat
mengkaji karya sastra berdasarkan pendekatan sinkronis.
b. Dapat
mengetahui makna puisi “Hati Yang Tersakiti”.
1.4
Manfaat
a. Sebagai
bahan pembelajaran untuk menambah pengetahuan mengenai analisis puisi.
b. Lebih
mengetahui betapa pentingnya kita untuk terjun ke dunia puisi.
c. Mengenal
lebih luas tentang berbagai macam analisis puisi dan
penerapannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Resepsi Sastra
Resepsi
sastra merupakan aliran sastra yang meneliti teks sastra dengan
mempertimbangkan pembaca selaku pemberi sambutan atau tanggapan. Dalam
memberikan sambutan dan tanggapan tentunya dipengaruhi oleh faktor ruang,
waktu, dan golongan sosial (Sastriyani 2001: 253).
Resepsi
berasal dari bahasa Latin yaitu recipere yang diartikan sebagai penerimaan atau
penyambutan pembaca (Ratna dalam Rahmawati 2008:22). Dalam arti luas resepsi
diartikan sebagai pengolahan teks, cara-cara pemberian makna terhadap karya, sehingga
dapat memberikan respon terhadapnya. Respon yang dimaksudkan tidak dilakukan
antara karya dengan seorang pembaca, melainkan pembaca sebagai proses sejarah,
pembaca dalam periode tertentu (Ratna dalam Walidin 2007).
Menurut
Pradopo (2007:218) yang dimaksud resepsi adalah ilmu keindahan yang didasarkan
pada tanggapan-tanggapan pembaca terhadap karya sastra. Teeuw (dalam Pradopo
2007:207) menegaskan bahwa resepsi termasuk dalam orientasi pragmatik. Karya
sastra sangat erat hubungannya dengan pembaca, karena karya sastra ditujukan
kepada kepentingan pembaca sebagai menikmat karya sastra. Selain itu, pembaca
juga yang menentukan makna dan nilai dari karya sastra, sehingga karya sastra
mempunyai nilai karena ada pembaca yang memberikan nilai.
Teori
resepsi tidak hanya memahami bentuk suatu karya sastra dalam bentangan historis
berkenaan dengan pemahamannya. Teori menuntut bahwa sesuatu karya individu
menjadi bagian rangkaian karya lain untuk mengetahui arti dan kedudukan
historisnya dalam konteks pengalaman kesastrannya. Pada tahapan sejarah resepsi
karya sastra terhadap sejarah sastra sangat penting, yang terakhir
memanifestasikan dirinya sebagai proses resepsi pasif yang merupakan bagian
dari pengarang. Pemahaman berikutnya dapat memecahkan bentuk dan permasalahan
moral yang ditinggalkan oleh karya sebelumnya dan pada gilirannya menyajikan
permasalahan baru.
Pengalaman
pembaca yang dimaksud mengindikasikan bahwa teks karya sastra menawarkan efek
yang bermacam-macam kepada pembaca yang bermacam-macam pula dari sisi
pengalamannya pada setiap periode atau zaman pembacaannya. Pembacaan yang
beragam dalam periode waktu yang berbeda akan menunjukkan efek yang berbeda
pula. Pengalaman pembaca akan mewujudkan orkestrasi yang padu antara tanggapan
baru pembacanya dengan teks yang membawanya hadir dalam aktivitas pembacaan
pembacanya. Dalam hal ini, kesejarahan sastra tidak bergantung pada organisasi
fakta-fakta literer tetapi dibangun oleh pengalaman kesastraan yang dimiliki
pembaca atas pengalaman sebelumnya (Jauss 1983:21).
Metode
resepsi ini diteliti tanggapan-tanggapan setiap periode, yaitu
tanggapan-tanggapan sebuah karya sastra oleh para pembacanya (Pradopo
2007:209).
Pradopo
(2007:210-211) mengemukakan bahwa penelitian resepsi dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu secara sinkronis dan diakronis. Penelitian sinkronis merupakan
penelitian resepsi terhadap sebuah teks sastra dalam masa satu periode.
Penelitian ini menggunakan pembaca yang berada dalam satu periode. Sedangkan
penelitian diakronis merupakan penelitian resepsi terhadap sebuah teks sastra
yang menggunakan tanggapan-tanggapan pembaca pada setiap periode.
Menurut
Ratna (2009:167-168), resepsi sinkronis merupakan penelitian resepsi sastra
yang berhubungan dengan pembaca sezaman. Dalam hal ini, sekelompok pembaca
dalam satu kurun waktu yang sama, memberikan tanggapan terhadap suatu karya
sastra secara psikologis maupun sosiologis. Resepsi diakronis merupakan bentuk
penelitian resepsi yang melibatkan pembaca sepanjang zaman. Penelitian resepsi
diakronis ini membutuhkan data dokumenter yang sangat relevan dan memadai.
Pada
penelitian resepsi sinkronis, umumnya terdapat norma-norma yang sama dalam
memahami karya sastra. Tetapi dengan adanya perbedaan horizon harapan pada
setiap pembaca, maka pembaca akan menanggapi sebuah karya sastra dengan cara
yang berbeda-beda pula. Hal ini disebabkan karena latar belakang pendidikan,
pengalaman, bahkan ideologi dari pembaca itu sendiri. (Pradopo 2007:211).
Penelitian
resepsi sinkronis ini menggunakan tanggapan-tanggapan pembaca yang berada dalam
satu kurun waktu. Penelitian ini dapat menggunakan tanggapan pembaca yang
berupa artikel, penelitian, ataupun dengan mengedarkan angket-angket penelitian
pada pembaca.
Menurut
Endraswara (2008:126) proses kerja penelitian resepsi sastra secara sinkronis
atau penelitian secara eksperimental, minimal menempuh dua langkah sebagai
berikut:
Setiap
pembaca perorangan maupun kelompok yang telah ditentukan, disajikan sebuah
karya sastra. Pembaca tersebut lalu diberi pertanyaan baik lisan maupun
tertulis. Jawaban yang diperoleh dari pembaca tersebut kemudian dianalisis
menurut bentuk pertanyaan yang diberikan. Jika menggunakan angket, data
penelitian secara tertulis dapat dibulasikan. Sedangkan data hasil penelitian,
jika menggukan metode wawancara, dapat dianalisis secara kualitatif.
Setelah
memberikan pertanyaan kepada pembaca, kemudian pembaca tersebut diminta untuk
menginterpretasikan karya sastra yang dibacanya. Hasil interpretasi pembaca ini
dianalisis menggunakan metode kualitatif.
2.2
Penerapan
Metode Penelitian Resepsi Sastra
Penelitian
resepsi sastra pada penerapannya mengacu pada proses pengolahan tanggapan
pembaca atas karya sastra yang dibacanya. Metode resepsi sastra mendasarkan
diri pada teori bahwa karya sastra itu sejak terbit selalu mendapatkan
tanggapan dari pembacanya. Menurut Jauss (dalam Pradopo 2007: 209) apresiasi pembaca
pertama akan dilanjutkan dan diperkaya melalui tanggapan yang lebih lanjut dari
generasi ke generasi.
Tugas
resepsi adalah meneliti tanggapan pembaca yang berbentuk interpretasi,
konkretisasi, maupun kritik atas karya sastra yang dibaca. Tanggapan-tanggapan
pembaca atas karya sastra yang dibacanya, dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain latar belakang sosial budaya, tingkat pendidikan pembaca tingkat
pengalaman, dan usia pembaca.
Dalam
makalah ini, penulis memilih metode penelitian resepsi sastra sinkronis. Metode
ini dibedakan menurut kemunculan tanggapan dari pembaca atas karya sastra yang
dibacanya.
2.3
Penerapan
Metode Resepsi Sinkronis
Penelitian
resepsi dengan metode sinkronis adalah penelitian resepsi sastra yang
menggunakan tanggapan pembaca sezaman, artinya pembaca yang digunakan sebagai
responden berada dalam satu periode waktu. Penelitian resepsi dengan metode ini
dapat dilakukan dengan cara menganalisis tanggapan pembaca sezaman dengan
menggunakan teknik wawancara maupun teknik kuasioner. Oleh karena itu,
penelitian resepsi sinkronis ini dapat digolongkan menjadi penelitian
eksperimental.
Penelitian
resepsi sinkronis ini jarang dilakukan oleh peneliti karena sukar dalam
pelaksanaan penelitiannya. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Abdullah (dalam
Jabrohim 2001:119) bahwa penelitian yang tergolong eksperimental dapat
mengalami beberapa kendala saat pelaksaannya di lapangan. Penelitian eksperimental
dinilai sangat rumit, khususnya dalam pemilihan responden, pemilihan teks
sastra, dan penentuan teori.
Masih
jarang penelitian resepsi sinkronis yang dilakukan oleh ilmuwan sastra maupun
para mahasiswa sastra. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor yang
menjadi penghambat dalam pelaksanaan penelitian resepsi sinkronis.
2.4
Kelebihan
dan Kelemahan Metode Penelitian Resepsi Sastra Sinkronis
Menurut
beberapa ahli, penelitian sinkronis mempunyai beberapa kelemahan dari segi
proses kerjanya, karena termasuk penelitian eksperimental. Menurut Abdullah
(dalam Jabrohim 2001: 119) penelitian yang tergolong eksperimental dapat
mengalami beberapa kendala saat pelaksaannya di lapangan. Penelitian
eksperimental dinilai sangat rumit, khususnya dalam pemilihan responden,
pemilihan teks sastra, dan penentuan teori.
Selain
itu, penelitian sinkronis hanya dapat digunakan untuk mengetahui tanggapan pembaca
pada satu kurun waktu. Sehingga apabila diterapkan untuk karya sastra yang
terbit beberapa tahun yang lalu, akan sulit membedakan antara tanggapan yang
dulu dan masa sekarang, karena terbentur masalah waktu.
Kelebihan
dari penelitian resepsi sinkronis atau eksperimental ini yaitu reponden dapat
ditentukan tanpa harus mencari artikel kritik sastranya terlebih dahulu, penelitian
resepsi sinkronis dapat dilakukan secara langsung tanpa menunggu kemunculan
kritik atau ulasan mengenai karya sastra, dan dapat dilakukan pada karya sastra
populer.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1
Pengumpulan
Data
Penulis menelaah sumber yang berkaitan dengan
penelitian dengan cara studi pustaka dan wawancara . Yaitu mencari bahan untuk
pembahasan dari buku, internet dan bertanya langsung pada pengarang puisi.
3.2
Pengolahan
Data
Setelah penulis menentukan batasan masalah dan
tujuan penelitian, lalu penulis mengumpulkan data yang telah ada dan berkaitan
dengan penelitian ini yang kemudian dituangkan dalam makalah ini.
3.3
Analisis
Data
Setelah dilakukannya pengumpulan data
dan pengolahan data, maka penulis melakukan analisis terhadap data yang
berhasil diperoleh dan dikumpulkan serta yang ada hubungannya dengan batasan
masalah yang penulis temukan.
BAB
IV
ANALISIS
PUISI
Hati Yang Tersakiti
Aku
terpenjara ..........
Diatas
derita yang tiada akhir
Aku
lemah tak berdaya
Bagai
pasir tersapu ombak
Enggan
melawan meski terdampar
Aku lelah dengan keadaan
Kini aku telah dewasa tanpanya
Hariku tak berujung pada keindahan
Dia ajariku derita. . .
Aku mencintainya, meski kadang
membencinya
Tuhan.
. . . . .
Darahnya
mengalir ditubuhku
Andai
bisa kugantikan . . .
Tuhan
. . . . .
Kenapa
aku berdosa jika membencinya?
Kenapa
pula surga ada ditelapak kakinya?
(Ai Lia Yuliani Sarah,
2012)
Berdasarkan
pendapat pembaca sezaman:
Pembaca 1:
Puisi
ini sangat bagus, karena puisi ini menceritakan kesedihan dan kekecewaan
seorang anak kepada ibunya sendiri. Entah dalam hal apa sang anak bisa membenci
ibunya, walau kadang sang anak membencinya. Tetapi dalam lubuk hati yang paling
dalam, sang anak benar-benar mencintainya.
Dalam
puisi ini terdapat pula pesan untuk pembacanya, yaitu seberapa pun kita
membenci ibu kita sendiri namun tetap beliaulah yang melahirkan kita dan darah
nya mengalir ditubuh kita.
Pembaca
2:
Bait
1: sang penyair terpenjara dalam penderitaan, tapi sang penyair lemah dan tak
berdaya untuk melewati penderitaannya.
Bait
2: sang penyair merasa lelah dengan semua keadaan tersebut, sang penyair juga
bisa hidup sampai dewasa atau sampai sekarang tanpa dia (seseorang) yang
membuat hari-harinya tidak merasa indah, seseorang yang membuatnya menderita,
sang penyair mencintai seseorang itu tapi kadang sang penyair merasa benci pada
seseorang tersebut.
Bait
3: sang penyair protes terhadap Tuhannya, darah seseorang itu (ibu) mengalir di
tubuhnya dan dia merasa ingin mengganti seseorang itu, karena mungkin dia
(penyair) tidak mau seseorang itu menjadi ibunya, karena mungkin seseorang itu
telah menyakitinya, tapi penyair tidak bisa berbuat apa-apa karena jika penyair
membencinya penyair pasti akan berdosa karena surga berada di telapak kaki
seseorang itu (ibu penyair).
Pembaca
3:
Puisi
tersebut menggambarkan ibu atau orang tua penyair, maksudnya penyair merasa
sakit karena terpenjara dalam derita tiada akhir, penyair sempat membencinya
tapi penyair akan tetap mencintainya karena surga berada di telapak kakinya.
Penulis:
Pada
saat membaca bait pertama puisi ini, saya menyangka puisi ini puisi seseorang
yang sedang dirundung patah hati. Namun setelah saya membaca sampai akhir
barulah saya mengerti maksud dari puisi ini. Pada saat membaca bait ketiga
“Tuhan, darahnya mengalir ditubuhku/ andai bisa kugantikan/ Tuhan, kenapa aku
membencinya?/ kenapa pula surga ada ditelapak kakinya. Dari sini saya langsung
mengerti maksud dari puisi ini.
Berdasarkan
pendapat saya dan tanggapan dari beberapa pembaca hampir sama. Bahwa puisi ini ditujukan
untuk ibu si penyair. Penyair yang menyimpan rasa benci pada ibunya. Namun
penyair berharap bahwa orang yang penyair benci itu bukan ibunya yang darahnya
mengalir ditubuhnya dan surga ada ditelapak kakinya.
Tanggapan sebenarnya dari penyair:
Berdasarkan
hasil wawancara langsung pada penyair, benar bahwa penyair memang ada perasaan
benci terhadap ibunya sendiri. Namun rasa benci itu timbul karena ibu si
penyair yang tidak pernah memperdulikan si penyair dari penyair masih bayi
sampai sekarang sudah dewasa.
Maka
dari itu penyair timbul rasa kebencian karena kekecewaan yang teramat dalam
terhadap sang ibu. Namun seberapa penyair membenci ibunya, dari lubuk hati yang
dalam rasa kasih sayang terhadap ibunya selalu ada. Karena bagaimanapun sikap
ibu penyair kepada penyair tetap beliau adalah ibu dari penyair yang telah
melahirkan penyair.
BAB
V
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian
resepsi sinkronis biasa disebut penelitian resepsi eksperimental, karena
menggunakan data-data yang berada dalam satu kurun waktu. Penelitian ini
umumnya menggunakan teknik wawancara atau kuasioner dalam pengumpulan data
tanggapan pembaca. Penelitian ini umumnya digunakan pada karya sastra yang
bersifat populer dan dikenal pada masa penelitian itu dilakukan.
Dalam
analisis puisi “Hati yang Tersakiti” berdasarkan pendekatan resepsi sastra
sinkronis ini menceritakan seorang anak yang membenci ibunya karena rasa sakit
hati tidak pernah diperdulikan oleh ibunya. Namun meski begitu dari lubuk
hatinya yang dalam sang anak tetap mencintai ibunya meski rasa benci itu selalu
menghantuinya.
Daftar Pustaka
Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Rokhmansyah, Alfian. 2010. RESEPSI SASTRA DAN METODE PENERAPANNYA. http://phianzsotoy.blogspot.com.
26 April 2010.