Rabu, 29 Agustus 2012

Analisis Puisi Hati Yang Tersakiti Karya Ai Lia Yuliani Sarah Berdasarkan Pendekatan Resepsi Sastra Sinkronis


ABSTRAK

ANALISIS PUISI  HATI YANG TERSAKITI KARYA AI LIA YULIANI SARAH BERDASARKAN PENDEKATAN RESEPSI SASTRA SINKRONIS
Oleh: Lusy Fitriyani
Analisis puisi ini berdasarkan pada pendekatan resepsi sastra sinkronis. Analisis sinkronis adalah analisis berdasarkan pendapat pembaca sezaman.
Tujuan dari analisis ini yaitu untuk mengkaji karya sastra berdasarkan pendekatan sinkronis dan dapat mengetahui makna puisi “Hati Yang Tersakiti”.
Menurut Pradopo (2007:218) yang dimaksud resepsi adalah ilmu keindahan yang didasarkan pada tanggapan-tanggapan pembaca terhadap karya sastra.
Metode yang digunakan adalah teknik wawancara dan studi pustaka. Teknik wawancara adalah cara mengumpulkan informasi melalui tanya jawab antara penulis dan responden. Sedangkan studi pustaka adalah cara dimana penulis menelaah sumber yang berkaitan dengan buku dan internet.
Hasil analisis ini menunjukan bahwa anlisis puisi berdasarkan pendekatan resepsi sastra sinkronis memang sedikit sulit karena penelitian sinkronis hanya dapat digunakan untuk mengetahui tanggapan pembaca pada satu kurun waktu. Namun dengan cara ini kita dapat mengetahui makna sebenarnya dari karya sastra itu, karena kita bertanya langsung pada pembuat karya sastra tersebut.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Masalah
Penilaian terhadap karya sastra tidak lepas dari peranan pembaca sebagai penikmat sastra. Dalam kurun waktu terakhir ini para ahli sastra menyadari pentingnya pembaca sebagai penerima informasi dan pemberi makna terhadap sebuah karya sastra. Dalam kaitannya pembaca sebagai penerima informasi dan pemberi makna, maka diperlukan pembahasan mengenai resepsi pembaca terhadap karya sastra tersebut.
Pembaca memiliki kebebasan untuk memberikan makna atau arti sebuah karya sastra. Setiap pembaca dapat memberikan makna, arti, dan respon terhadap karya sastra yang dibaca atau dinikmatinya. Makna dan arti karya itu dikaitkan dengan pengalaman batin pembaca, pengalaman hidup pembaca dan dari situlah makna dibangun.
Pertemuan antara pembaca dan teks sastra menyebabkan terjadinya proses penafsiran atas teks oleh pembaca sebagai objekif, yang hasilnya adalah pengakuan makna teks (Nuryatin 1998:135). Pembaca selaku pemberi makna akan senantiasa ditentukan oleh ruang, waktu, golongan sosial, budaya dan pengalamannya (Jauss dalam Nuryatin 1998:133).
Penelitian resepsi sastra ini dapat dilakukan dengan dua metode penelitian yang dibedakan berdasarkan periode munculnya pembaca karya sastra yang ditanggapi. Selain itu, penggunaan karya sastra juga memengaruhi penggunaan metode dalam penelitian resepsi sastra.
Dalam penulisan makalah ini, penulis akan mengangkat topik mengenai analisis puisi berdasarkan pendekatan resepsi sastra sinkronis. Alasan pemilihan topik ini karena penelitian resepsi sastra sinkronis saat ini jarang digunakan oleh para ahli sastra, khususnya para ilmuwan sastra dan mahasiswa jurusan sastra.
1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini:
a.       Mengkaji karya sastra berdasarkan pendekatan sinkronis.
b.      Mengetahui makna dari puisi “Hati Yang Tersakiti”.
1.3    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuannya adalah:
a.       Dapat mengkaji karya sastra berdasarkan pendekatan sinkronis.
b.      Dapat mengetahui makna puisi “Hati Yang Tersakiti”.
1.4    Manfaat
a.    Sebagai bahan pembelajaran untuk menambah pengetahuan mengenai analisis puisi.
b.    Lebih mengetahui betapa pentingnya kita untuk terjun ke dunia puisi.
c.    Mengenal lebih luas tentang berbagai macam analisis puisi dan
penerapannya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Resepsi Sastra
Resepsi sastra merupakan aliran sastra yang meneliti teks sastra dengan mempertimbangkan pembaca selaku pemberi sambutan atau tanggapan. Dalam memberikan sambutan dan tanggapan tentunya dipengaruhi oleh faktor ruang, waktu, dan golongan sosial (Sastriyani 2001: 253).
Resepsi berasal dari bahasa Latin yaitu recipere yang diartikan sebagai penerimaan atau penyambutan pembaca (Ratna dalam Rahmawati 2008:22). Dalam arti luas resepsi diartikan sebagai pengolahan teks, cara-cara pemberian makna terhadap karya, sehingga dapat memberikan respon terhadapnya. Respon yang dimaksudkan tidak dilakukan antara karya dengan seorang pembaca, melainkan pembaca sebagai proses sejarah, pembaca dalam periode tertentu (Ratna dalam Walidin 2007).
Menurut Pradopo (2007:218) yang dimaksud resepsi adalah ilmu keindahan yang didasarkan pada tanggapan-tanggapan pembaca terhadap karya sastra. Teeuw (dalam Pradopo 2007:207) menegaskan bahwa resepsi termasuk dalam orientasi pragmatik. Karya sastra sangat erat hubungannya dengan pembaca, karena karya sastra ditujukan kepada kepentingan pembaca sebagai menikmat karya sastra. Selain itu, pembaca juga yang menentukan makna dan nilai dari karya sastra, sehingga karya sastra mempunyai nilai karena ada pembaca yang memberikan nilai.
Teori resepsi tidak hanya memahami bentuk suatu karya sastra dalam bentangan historis berkenaan dengan pemahamannya. Teori menuntut bahwa sesuatu karya individu menjadi bagian rangkaian karya lain untuk mengetahui arti dan kedudukan historisnya dalam konteks pengalaman kesastrannya. Pada tahapan sejarah resepsi karya sastra terhadap sejarah sastra sangat penting, yang terakhir memanifestasikan dirinya sebagai proses resepsi pasif yang merupakan bagian dari pengarang. Pemahaman berikutnya dapat memecahkan bentuk dan permasalahan moral yang ditinggalkan oleh karya sebelumnya dan pada gilirannya menyajikan permasalahan baru.
Pengalaman pembaca yang dimaksud mengindikasikan bahwa teks karya sastra menawarkan efek yang bermacam-macam kepada pembaca yang bermacam-macam pula dari sisi pengalamannya pada setiap periode atau zaman pembacaannya. Pembacaan yang beragam dalam periode waktu yang berbeda akan menunjukkan efek yang berbeda pula. Pengalaman pembaca akan mewujudkan orkestrasi yang padu antara tanggapan baru pembacanya dengan teks yang membawanya hadir dalam aktivitas pembacaan pembacanya. Dalam hal ini, kesejarahan sastra tidak bergantung pada organisasi fakta-fakta literer tetapi dibangun oleh pengalaman kesastraan yang dimiliki pembaca atas pengalaman sebelumnya (Jauss 1983:21).
Metode resepsi ini diteliti tanggapan-tanggapan setiap periode, yaitu tanggapan-tanggapan sebuah karya sastra oleh para pembacanya (Pradopo 2007:209).
Pradopo (2007:210-211) mengemukakan bahwa penelitian resepsi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara sinkronis dan diakronis. Penelitian sinkronis merupakan penelitian resepsi terhadap sebuah teks sastra dalam masa satu periode. Penelitian ini menggunakan pembaca yang berada dalam satu periode. Sedangkan penelitian diakronis merupakan penelitian resepsi terhadap sebuah teks sastra yang menggunakan tanggapan-tanggapan pembaca pada setiap periode.
Menurut Ratna (2009:167-168), resepsi sinkronis merupakan penelitian resepsi sastra yang berhubungan dengan pembaca sezaman. Dalam hal ini, sekelompok pembaca dalam satu kurun waktu yang sama, memberikan tanggapan terhadap suatu karya sastra secara psikologis maupun sosiologis. Resepsi diakronis merupakan bentuk penelitian resepsi yang melibatkan pembaca sepanjang zaman. Penelitian resepsi diakronis ini membutuhkan data dokumenter yang sangat relevan dan memadai.
Pada penelitian resepsi sinkronis, umumnya terdapat norma-norma yang sama dalam memahami karya sastra. Tetapi dengan adanya perbedaan horizon harapan pada setiap pembaca, maka pembaca akan menanggapi sebuah karya sastra dengan cara yang berbeda-beda pula. Hal ini disebabkan karena latar belakang pendidikan, pengalaman, bahkan ideologi dari pembaca itu sendiri. (Pradopo 2007:211).
Penelitian resepsi sinkronis ini menggunakan tanggapan-tanggapan pembaca yang berada dalam satu kurun waktu. Penelitian ini dapat menggunakan tanggapan pembaca yang berupa artikel, penelitian, ataupun dengan mengedarkan angket-angket penelitian pada pembaca.
Menurut Endraswara (2008:126) proses kerja penelitian resepsi sastra secara sinkronis atau penelitian secara eksperimental, minimal menempuh dua langkah sebagai berikut:
Setiap pembaca perorangan maupun kelompok yang telah ditentukan, disajikan sebuah karya sastra. Pembaca tersebut lalu diberi pertanyaan baik lisan maupun tertulis. Jawaban yang diperoleh dari pembaca tersebut kemudian dianalisis menurut bentuk pertanyaan yang diberikan. Jika menggunakan angket, data penelitian secara tertulis dapat dibulasikan. Sedangkan data hasil penelitian, jika menggukan metode wawancara, dapat dianalisis secara kualitatif.
Setelah memberikan pertanyaan kepada pembaca, kemudian pembaca tersebut diminta untuk menginterpretasikan karya sastra yang dibacanya. Hasil interpretasi pembaca ini dianalisis menggunakan metode kualitatif.
2.2    Penerapan Metode Penelitian Resepsi Sastra
Penelitian resepsi sastra pada penerapannya mengacu pada proses pengolahan tanggapan pembaca atas karya sastra yang dibacanya. Metode resepsi sastra mendasarkan diri pada teori bahwa karya sastra itu sejak terbit selalu mendapatkan tanggapan dari pembacanya. Menurut Jauss (dalam Pradopo 2007: 209) apresiasi pembaca pertama akan dilanjutkan dan diperkaya melalui tanggapan yang lebih lanjut dari generasi ke generasi.
Tugas resepsi adalah meneliti tanggapan pembaca yang berbentuk interpretasi, konkretisasi, maupun kritik atas karya sastra yang dibaca. Tanggapan-tanggapan pembaca atas karya sastra yang dibacanya, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain latar belakang sosial budaya, tingkat pendidikan pembaca tingkat pengalaman, dan usia pembaca.
Dalam makalah ini, penulis memilih metode penelitian resepsi sastra sinkronis. Metode ini dibedakan menurut kemunculan tanggapan dari pembaca atas karya sastra yang dibacanya.
2.3    Penerapan Metode Resepsi Sinkronis
Penelitian resepsi dengan metode sinkronis adalah penelitian resepsi sastra yang menggunakan tanggapan pembaca sezaman, artinya pembaca yang digunakan sebagai responden berada dalam satu periode waktu. Penelitian resepsi dengan metode ini dapat dilakukan dengan cara menganalisis tanggapan pembaca sezaman dengan menggunakan teknik wawancara maupun teknik kuasioner. Oleh karena itu, penelitian resepsi sinkronis ini dapat digolongkan menjadi penelitian eksperimental.
Penelitian resepsi sinkronis ini jarang dilakukan oleh peneliti karena sukar dalam pelaksanaan penelitiannya. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Abdullah (dalam Jabrohim 2001:119) bahwa penelitian yang tergolong eksperimental dapat mengalami beberapa kendala saat pelaksaannya di lapangan. Penelitian eksperimental dinilai sangat rumit, khususnya dalam pemilihan responden, pemilihan teks sastra, dan penentuan teori.
Masih jarang penelitian resepsi sinkronis yang dilakukan oleh ilmuwan sastra maupun para mahasiswa sastra. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan penelitian resepsi sinkronis.
2.4    Kelebihan dan Kelemahan Metode Penelitian Resepsi Sastra Sinkronis
Menurut beberapa ahli, penelitian sinkronis mempunyai beberapa kelemahan dari segi proses kerjanya, karena termasuk penelitian eksperimental. Menurut Abdullah (dalam Jabrohim 2001: 119) penelitian yang tergolong eksperimental dapat mengalami beberapa kendala saat pelaksaannya di lapangan. Penelitian eksperimental dinilai sangat rumit, khususnya dalam pemilihan responden, pemilihan teks sastra, dan penentuan teori.
Selain itu, penelitian sinkronis hanya dapat digunakan untuk mengetahui tanggapan pembaca pada satu kurun waktu. Sehingga apabila diterapkan untuk karya sastra yang terbit beberapa tahun yang lalu, akan sulit membedakan antara tanggapan yang dulu dan masa sekarang, karena terbentur masalah waktu.
Kelebihan dari penelitian resepsi sinkronis atau eksperimental ini yaitu reponden dapat ditentukan tanpa harus mencari artikel kritik sastranya terlebih dahulu, penelitian resepsi sinkronis dapat dilakukan secara langsung tanpa menunggu kemunculan kritik atau ulasan mengenai karya sastra, dan dapat dilakukan pada karya sastra populer.
















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1    Pengumpulan Data
Penulis menelaah sumber yang berkaitan dengan penelitian dengan cara studi pustaka dan wawancara . Yaitu mencari bahan untuk pembahasan dari buku, internet dan bertanya langsung pada pengarang puisi.
3.2    Pengolahan Data
Setelah penulis menentukan batasan masalah dan tujuan penelitian, lalu penulis mengumpulkan data yang telah ada dan berkaitan dengan penelitian ini yang kemudian dituangkan dalam makalah ini.
3.3    Analisis Data
Setelah dilakukannya pengumpulan data dan pengolahan data, maka penulis melakukan analisis terhadap data yang berhasil diperoleh dan dikumpulkan serta yang ada hubungannya dengan batasan masalah yang penulis temukan.




BAB IV
ANALISIS PUISI

Hati Yang Tersakiti

Aku terpenjara ..........
Diatas derita yang tiada akhir
Aku lemah tak berdaya
Bagai pasir tersapu ombak
Enggan melawan meski terdampar

Aku lelah dengan keadaan
Kini aku telah dewasa tanpanya
Hariku tak berujung pada keindahan
Dia ajariku derita. . .
Aku mencintainya, meski kadang membencinya


Tuhan. . . . . .
Darahnya mengalir ditubuhku
Andai bisa kugantikan . . .
Tuhan . . . . .
Kenapa aku berdosa jika membencinya?
Kenapa pula surga ada ditelapak kakinya?

(Ai Lia Yuliani Sarah, 2012)

Berdasarkan pendapat pembaca sezaman:
Pembaca 1:
Puisi ini sangat bagus, karena puisi ini menceritakan kesedihan dan kekecewaan seorang anak kepada ibunya sendiri. Entah dalam hal apa sang anak bisa membenci ibunya, walau kadang sang anak membencinya. Tetapi dalam lubuk hati yang paling dalam, sang anak benar-benar mencintainya.
Dalam puisi ini terdapat pula pesan untuk pembacanya, yaitu seberapa pun kita membenci ibu kita sendiri namun tetap beliaulah yang melahirkan kita dan darah nya mengalir ditubuh kita.
Pembaca 2:
Bait 1: sang penyair terpenjara dalam penderitaan, tapi sang penyair lemah dan tak berdaya untuk melewati penderitaannya.
Bait 2: sang penyair merasa lelah dengan semua keadaan tersebut, sang penyair juga bisa hidup sampai dewasa atau sampai sekarang tanpa dia (seseorang) yang membuat hari-harinya tidak merasa indah, seseorang yang membuatnya menderita, sang penyair mencintai seseorang itu tapi kadang sang penyair merasa benci pada seseorang tersebut.
Bait 3: sang penyair protes terhadap Tuhannya, darah seseorang itu (ibu) mengalir di tubuhnya dan dia merasa ingin mengganti seseorang itu, karena mungkin dia (penyair) tidak mau seseorang itu menjadi ibunya, karena mungkin seseorang itu telah menyakitinya, tapi penyair tidak bisa berbuat apa-apa karena jika penyair membencinya penyair pasti akan berdosa karena surga berada di telapak kaki seseorang itu (ibu penyair).
Pembaca 3:
Puisi tersebut menggambarkan ibu atau orang tua penyair, maksudnya penyair merasa sakit karena terpenjara dalam derita tiada akhir, penyair sempat membencinya tapi penyair akan tetap mencintainya karena surga berada di telapak kakinya.
Penulis:
Pada saat membaca bait pertama puisi ini, saya menyangka puisi ini puisi seseorang yang sedang dirundung patah hati. Namun setelah saya membaca sampai akhir barulah saya mengerti maksud dari puisi ini. Pada saat membaca bait ketiga “Tuhan, darahnya mengalir ditubuhku/ andai bisa kugantikan/ Tuhan, kenapa aku membencinya?/ kenapa pula surga ada ditelapak kakinya. Dari sini saya langsung mengerti maksud dari puisi ini.
Berdasarkan pendapat saya dan tanggapan dari beberapa pembaca hampir sama. Bahwa puisi ini ditujukan untuk ibu si penyair. Penyair yang menyimpan rasa benci pada ibunya. Namun penyair berharap bahwa orang yang penyair benci itu bukan ibunya yang darahnya mengalir ditubuhnya dan surga ada ditelapak kakinya.


Tanggapan sebenarnya dari penyair:
Berdasarkan hasil wawancara langsung pada penyair, benar bahwa penyair memang ada perasaan benci terhadap ibunya sendiri. Namun rasa benci itu timbul karena ibu si penyair yang tidak pernah memperdulikan si penyair dari penyair masih bayi sampai sekarang sudah dewasa.
Maka dari itu penyair timbul rasa kebencian karena kekecewaan yang teramat dalam terhadap sang ibu. Namun seberapa penyair membenci ibunya, dari lubuk hati yang dalam rasa kasih sayang terhadap ibunya selalu ada. Karena bagaimanapun sikap ibu penyair kepada penyair tetap beliau adalah ibu dari penyair yang telah melahirkan penyair.









BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Penelitian resepsi sinkronis biasa disebut penelitian resepsi eksperimental, karena menggunakan data-data yang berada dalam satu kurun waktu. Penelitian ini umumnya menggunakan teknik wawancara atau kuasioner dalam pengumpulan data tanggapan pembaca. Penelitian ini umumnya digunakan pada karya sastra yang bersifat populer dan dikenal pada masa penelitian itu dilakukan.
Dalam analisis puisi “Hati yang Tersakiti” berdasarkan pendekatan resepsi sastra sinkronis ini menceritakan seorang anak yang membenci ibunya karena rasa sakit hati tidak pernah diperdulikan oleh ibunya. Namun meski begitu dari lubuk hatinya yang dalam sang anak tetap mencintai ibunya meski rasa benci itu selalu menghantuinya.






Daftar Pustaka
Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Rokhmansyah, Alfian. 2010. RESEPSI SASTRA DAN METODE PENERAPANNYA. http://phianzsotoy.blogspot.com. 26 April 2010.